Penulis: Serly Daud, Novianty Djafri
Pendahuluan
Dunia telah mengalami empat gelombang revolusi industri. Revolusi industri 1.0 terjadi pada tahun 1784, ditandai dengan penggunaan mesin uap untuk kegiatan industri. Pada tahun 1870, setelah Nikola Tesla dan Thomas Alva Edison berhasil menemukan tenaga listrik, terjadi kegiatan produksi massal yang menggunakan mesin bertenaga listrik dan peristiwa ini menjadi penanda munculnya revolusi industri 2.0. Pada tahun 1970 muncul revolusi industri 3.0 yang ditandai dengan penggunaan teknologi informasi dan mesin otomasi berbasis komputer. Revolusi industri yang mutakhir yakni revolusi industri 4.0
Kondisi Indonesia yang masih berkutat dengan revolusi industri 4.0 tersebut mengindikasikan Indonesia belum siap menyambut era society 5.0. Padahal era society 5.0 sudah diperkenalkan Jepang sejak tahun 2019 lalu. Hal ini menjadi problem di Indonesia yang selalu terlambat dalam menyongsong sebuah era. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan merumuskan bagaimana pendidikan keluarga dapat mencetak generasi yang siap menghadapi era society 5.0.
Tinjauan Pustaka
Era Society 5.0
Era society 5.0 lahir sebagai pengembangan dari revolusi industri 4.0 yang dinilai berpotensi mendegradasi peran manusia. Kemajuan di bidang otomatisasi dan kecerdasan buatan yang menjadi ciri khas dari revolusi industri 4.0 telah menimbulkan kekhawatiran bahwa mesin-mesin suatu hari akan mengambil alih pekerjaan manusia.Sebagai contoh pekerjaan sebagai penjual tiket masuk tol kini sudah ditiadakan akibat sistem pembayaran yang menggunakan uang elektronik. Tenaga untuk membersihkan lantai juga kini sudah bisa digantikan oleh robot vacuum cleaner.Di era society 5.0 terjadi penggabungan antara ruang siberdan ruang fisik (dunia nyata). Yang dimaksud ruang siber adalah ruang digital di mana data-data dari ruang fisik dikumpulkan dan dianalisis untuk mendapatkan solusi. Sedangkan yang dimaksud ruang fisik adalah dunia nyata, tempat di mana data mentah dikumpulkan dan tempat di mana solusi diterapkan.5Sejumlah informasi yang dikumpulkan di ruang fisik dihubungkan ke IoT (Internet of Things), selanjutnya disimpan dan dianalisis di ruang siber melalui AI (Artificial Intelligence).Society 5.0 merupakan sebuah konsep masyarakat yang berpusat pada manusia.Tujuan dari Society 5.0 adalah untuk mewujudkan masyarakat yang menikmati hidup sepenuhnya.Reformasi sosial (inovasi) di Society 5.0 akan mencapai masyarakat berwawasan ke depan yang meruntuhkan rasa stagnasi yang ada,masyarakat yang anggotanya saling menghormati satu sama lain, melampaui generasi, dan masyarakat di mana setiap orang dapat memimpin kehidupan yang aktif dan menyenangkan.
Pendidikan Keluarga
Berdasarkan teori tri sentra pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, lingkungan belajar mencakup tiga unsur, yaitu alam (lingkungan) keluarga, alam paguron (sekolah), dan alam pemuda (masyarakat). Menurut Ki Hajar Dewantara, keluarga merupakan pusat belajar yang pertama dan utama, karena keluarga merupakan tempat belajar pertama kali yang dialami oleh anak.Keluarga sebagai pusat pendidikan, yang berarti menuntut adanya berbagai pendidikan baik pendidikan individual maupun pendidikan sosial. Keluarga bertanggung jawab terhadap pendidikan anak sehingga keluarga perlu menampilkan sesuatu perbuatan atau tingkah laku yang bisa ditiru, dicontoh, dan diteladani oleh anak, serta pendidikan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Dalam keluarga anak mendapat rangsangan, hambatan serta pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangannya baik perkembangan psikologinya maupun jiwanya.Salah satu bentuk pendidikan yang penting bagi anak adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter pertama kali harus dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga karena keluarga merupakan sumber utama dan pertama bagi anak untuk memperoleh dan membentuk serta mengembangkan karakter.Pandangan keluarga terhadap pendidikan karakter dipengaruhi oleh harapan orang tua pada anaknya. Orang tua mendidikkan karakter melalui pengasuhan yang baik, mencontohkan perilaku dan pembiasaan, pemberian penjelasan atas tindakan, penerapan standar yang tinggi dan realistis bagi anak, dan melibatkan anak dalam pengambilan keputusan. Beberapa kondisi realistis tentang hubungan keluarga (orang tua) dengan anak antara lain 1) bahwa keluarga adalah tempat dimana anak tersebut bergaul untuk pertama kali, 2) keluarga merupakan komunitas yang selalu bersama anak yang berarti anak mempunyai lebih banyak waktu berkumpul dengan keluarga, 3) keluarga dan anak saling terkait oleh ikatan emosional.
Tantangan di Era Dokter 5.0
Kondisi yang tidak sehat seringkali menjadi sebab dari berbagai permasalahan yang dialami individu dan lingkungan sekitarnya. Padahal, kesehatan merupakan modal awal bagi perkembangan potensi individu dalam karir maupun perannya sehari-hari di masyarakat. Di zaman yang bergerak serba cepat ini seorang dokter tidak hanya be-peran memberi resep serta menyuntik atau sebatas menyembuhkan suatu penyakit saja, tetapi perannya termasuk menyembuhkan lingkungan serta mencegah penyebaran yang mungkin timbul dari suatu penyakit dari lini terkecil suatu komunitas yaitu keluarga. Hadirnya dokter seperti ini akan memberikan pelayanan menyeluruh dalam pelayanan kesehatan di era Dokter 5.0.
Cara berpikir "Dokter 5.0" harus dimulai dari bangku kuliah, dimana Fakultas Kedokteran mengemban tanggung jawab dalam melaksanakan pendidikan untuk mencapai kompetensi-kompetensi bagi lulusan tersebut. Seorang mahasiswa kedokteran seyogyanya dibentuk dalam program pendidikan Community and Family Health Care with Inter Profesional Education (CFHC-IPE) yang merupakan upaya untuk membangun dan mengembangkan kompetensi terkait dengan etik, komunikasi, bekerja dalam tim, serta peran dan tanggung dalam sebuah tim sejak hari pertama di bangku kuliah.
Pada setiap mata kuliah di dalam program studi, seorang mahasiswa kedokteran harus selalu ditekankan pemikiran secara menyeluruh sehingga mendorong mahasiswa untuk berpikir secara lateral dan mempraktikkannya dalam keterampilan profesi yang didapat pada masing-masing program studi secara lebih nyata. Para mahasiswa kedokteran diharapkan dapat langsung berinteraksi dengan keluarga atau masyarakat, serta bekerja sama dengan profesi yang berbeda-beda. Untuk itu, sejak tahun pertama kuliah kedokteran, para mahasiswa sudah harus diterjunkan ke masyarakat dan keluarga. Keluarga sebagai unit terkecil di masyarakat menjadi wahana yang tepat bagi mahasiswa untuk mempertajam kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama yang merupakan komponen dari Inter Personal Education (IPE).
Dengan metode pembelajaran Fakultas Kedokteran terkini, mahasiswa kedokteran akan berusaha mengenal anggota keluarga mitra dan membina hubungan baik dengan keluarga tersebut sehingga akan terbentuk pemikiran sejak awal bahwa menyembuhkan suatu penyakit harus dari hulu yaitu keluarga. Dan keluarga yang sehat akan tercipta lingkungan yang sehat pula, sehingga pada saat suatu komunitas hidup dalam lingkungan yang sehat maka akan tercipta suatu manusia yang sehat pula.
Dengan konsep tersebut, kekhawatiran akan menurunnya peran dokter dan tergantikan dengan teknologi informasi menjadi tidak perlu terjadi. Sisi humanisme dokter yang telah dibangun sejak dari hulu akan menciptakan ikatan emosional yang lebih dalam dan memperbesar peluang terpeliharanya kesehatan sehingga dapat mencegah dampak penyakit yang lebih berat.
Teknologi informasi justru dapat menjadi pendukung untuk terciptanya komunikasi antara dokter dan keluarga yahg lebih baik, serta mendorong terwujudnya kesehatan pribadi dan keluarga secara preventif. Untuk itu literasi terhadap teknologi informasi menjadi suatu hal yang tidak terhindarkan. Pada akhirnya humanisme dan teknologi informasi dapat berdampingan menciptakan layanan kesehatan masyarakat yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Springer, 2020) https://doi.org/10.1007/978-981-15-2989-4_1
Deguchi, Atsushi, and Kaori Karasawa, ‘Issues and Outlook’, in Society 5.0(Singapore: Springer Singapore, 2020) https://doi.org/10.1007/978-981-15-2989-4_8
Dewantara, Ki Hadjar, Bagian Pertama: Pendidikan, 3rd edn (Yogyakarta: MLPTS, 2004)
Nazarudin,Pendidikan Keluarga Menurut Ki Hajar Dewantara Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam (Palembang: NoerFikri, 2019)
Suherman, Musnaini, Hadion Wijoyo, and Irjus Indrawan, Industry 4.0 vs Society 5.0(Banyumas: CV Pena Persada, 2020)
Danandjaja, James, ‘Metode Penelitian Kepustakaan’, Antropologi Indonesia, 0.52 (2014) https://doi.org/10.7454/ai.v0i52.3318
Ellitan, Lena, ‘Competing in the Era of Industrial Revolution 4.0 and Society 5.0’, Jurnal Maksipreneur, 10 (2020), 1–12
Faruqi, Umar Al, ‘Survey Paper: Future Service in Industry 5.0’, Jurnal Sistem Cerdas, 2 (2019), 67–79
Fukuyama, Mayumi, ‘Society 5.0: Aiming for a New Human-Centered Society’, Japan Spotlight, 2018, 47–50
Jirout, Jamie J., ‘Supporting Early Scientific Thinking Through Curiosity’, Frontiers in Psychology, 11 (2020) https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.01717
Makhmudah, Siti, ‘Penguatan Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak’, Martabat: Jurnal Perempuan Dan Anak, 2 (2018), 269–86
Merryfield, Merry M., ‘Four Strategies for Teaching Open-Mindedness’, Social Studies and the Young Learner, 25.2 (2012), 18–22
Metzger, Miriam J., and Andrew J. Flanagin, ‘Credibility and Trust of Information in Online Environments: The Use of Cognitive Heuristics’, Journal of Pragmatics, 59 (2013) https://doi.org/10.1016/j.pragma.2013.07.012
Setiani, Riris Eka, ‘Pendidikan Anak Dalam Keluarga (Perspektif Agama Dan Sosial-Budaya)’, Yin Yang, 13 (2018), 105–16
Setiardi, Dicky, ‘Keluarga Sebagai Sumber Pendidikan Karakter Bagi Anak’, Jurnal Tarbawi, 14 (2017), 135–46
Sukiyani, Fita, and Zamroni, ‘Pendidikan Karakter Dalam Lingkungan Keluarga’, Socia, 11 (2014), 57–70
Melatik dosen klinik sebagai fasilitator klinik.
Roadshow Virtual di FK UNG oleh Ummat Tv dan Akademi Konten
Diikuti oleh seluruh dosen klinik FK UNG sebagai persiapan menuju tahap profesi dokter.
Lecturer: Dr. Shigeru Takaoka (Director of Kyoritsu, Neurology, and Rehabilitation Clinic, Japan) | Opening Speech: dr. Sri Asriyani, Sp.Rad(K), M.Med.Ed. (Dean Faculty of Medicine State University of Gorontalo)