Penulis: Sri Andriani Ibrahim, Novianty Djafri
(Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Gorontalo, Pasca Sarjana Universitas Negeri Gorontalo)
Bagi tenaga kesehatan arus globalisasi yang semakin cepat bukan menjadi satu-satunya tantangan. Indonesia tenaga kesehatan juga menghadapi tantangan internal dimana di era 5.0 tantangan berupa penekanan pada kualitas akhlak, moralitas, dan kompetensi tenaga kesehatan itu sendiri. Di Era ini dipahami menjadi era peradaban manusia dan teknologi digital tanpa menghilangkan jati diri manusia yang sesungguhnya. Konsep di mana masyarakat wajib memanusiakan manusia dengan teknologi. Bila revolusi 4.0 memungkinkan kita buat mengakses juga memberikan isu di internet, era 5.0 ialah era dimana semua teknologi adalah bagian asal insan itu sendiri. Berdasarkan penjelasan perdana menteri Jepang, Shinzo Abe bahwa pada society 5.0 bukan lagi permodalan yang menghubungkan serta menggerakkan segala sesuatu, tetapi data yang akan mengurangi kesenjangan antara yg kaya dengan yg kurang beruntung.
Layanan medis dan pendidikan, berasal dari taraf dasar hingga perguruan tinggi dan akan mencapai desa-desa terpencil. Internet bukan hanya menjadi informasi melainkan untuk menjalani kehidupan. sehingga perkembangan teknologi dapat meminimalisir adanya kesenjangan di manusia serta masalah ekonomi di kemudian hari. Menghadapi era revolusi 5.0, global pendidikan berperan krusial pada mempertinggi kualitas sumber daya manusia. Hal tersebut menyebabkan Pendidikan merupakan aspek yg terdampak besar oleh kemajuan teknologi.
Indonesia merupakan negara di daerah Asia Tenggara yg termasuk negara berkembang. Faktor yang mempengaruhi suatu negara agar berkembang sebagai negara maju artinya sumber daya manusia. Masih banyak hal yang perlu diperbaiki pada pendidikan Indonesia mulai dari pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi, terutama pada tingkat perguruan tinggi, mahasiswa menjadi penerus generasi perlu mempersiapkan diri buat menghadapi revolusi 5.0.
Cara berpikir tenaga kesehatan termasuk dokter di era 5.0 harus dimulai pada saat bangku kuliah, dimana Fakultas Kedokteran mengemban tanggung jawab melaksanakan pendidikan guna mencapai kompetensi-kompetensi bagi lulusan mahasiswa kedokteran. Mahasiswa perlu melatih dan mengasah kemampuan diri agar nantinya bisa survive di era revolusi. Pada era menggunakan kemajuan teknologi, tentunya banyak sekali pekerjaan serta tugas-tugas fisik serta manual manusia akan mulai tergantikan oleh artificial intelligent serta sistem automatisasi. Adam Jezard pada World Economic lembaga menyebutkan ada beberapa kemampuan yang primer yg diharapkan pada masa depan, yaitu kemampuan kognitif, kemampuan sosial dan emosional atau yang biasa disebut “soft skills”, serta kemampuan memakai teknologi. Mahasiswa, khususnya mahasiwa kedokteran yang kelak akan menjadi dokter memerlukan kemampuan kognitif, yaitu bisa berpikir secara kritis, bisa memecahkan problem serta kasus yg kompleks, dan kemampuan merogoh keputusan yg sempurna. Mahasiswa kedokteran juga perlu belajar dan melatih soft skills, ini termasuk bagaimana cara berkomunikasi dan bernegosiasi, empati, kemampuan buat menyesuaikan diri serta bekerja dalam tim. Selain itu, mahasiswa perlu menguasai kemampuan IT, cara menganalisis data, memakai perangkat-perangkat lunak, dan sebagainya, sebab nantinya banyak sekali pelayanan kesehatan dan global medis akan banyak memanfaatkan dan bersinggungan dengan teknologi.
Seseorang mahasiswa kedokteran seyogyanya dibentuk dalam program pendidikan Community and Family Health Care with Inter Profesional Education (CFHC-IPE) yang berupaya untuk membentuk dan mengembangkan kompetensi terkait dengan etik, komunikasi, bekerja dalam tim, dan peran serta tanggung dalam sebuah tim sejak hari pertama di bangku kuliah. Tantangan baru buat pendidikan kedokteran adalah bagaimana menerapkan 3 literasi baru yaitu data, teknologi serta kemanusiaan guna menghasilkan dokter Indonesia yang bisa menyesuaikan diri dan bisa memenuhi kebutuhan nasional serta dunia. Setiap lulusan harus memenuhi standar kompetensi dokter, dimana tidak hanya memberikan pelayanan pada masyarakat melalui praktik profesi, namun pula bisa menjaga nilai luhur profesi dokter. Sebagai contoh salah satu fakultas unggulan, Kedokteran Unissula menyampaikan peluang pada mahasiswanya guna belajar tentang teknologi-teknologi pada bidang kedokteran di luar negeri. Tercatat saat ini Kedokteran Unissula sudah berafiliasi dengan banyak sekali kampus internasional. antara lain Faculty of Medicine And Health Sciences Universiti Sains Islam Malaysia, Department of Plastic And Reconstructive Surgery Korea University/ Korea University College of Medicine, Faculty of Medicine Prince of Songkla University, Faculty of Medicine Gunma University Japan, Bangladesh Journal of Medical Science dan lain-lain. Contoh lainnya di setiap mata kuliah pada pada program studi kedokteran keluarga , seorang mahasiswa kedokteran wajib selalu ditekankan pemikiran secara menyeluruh sehingga mendorong mahasiswa untuk berpikir secara lateral dan mempraktikkannya dalam keterampilan profesi yang didapat di masing-masing mata kuliah secara lebih konkret. Para mahasiswa kedokteran dibutuhkan dapat pribadi berinteraksi menggunakan keluarga atau masyarakat, serta bekerja sama dengan profesi lainnya. Selain itu dari tahun pertama kuliah kedokteran, para mahasiswa sudah wajib diterjunkan ke masyarakat serta keluarga. keluarga menjadi unit terkecil pada rakyat menjadi sarana yg tepat bagi mahasiswa buat mempertajam kemampuan berkomunikasi serta bekerja sama yg artinya komponen dari Inter Personal Education (IPE).
Dengan metode pembelajaran Fakultas Kedokteran modern, mahasiswa kedokteran akan berusaha mengenal anggota keluarga mitra serta membina hubungan baik menggunakan keluarga sebagai akibatnya akan terbentuk pemikiran semenjak awal bahwa menyembuhkan suatu penyakit harus berasal hulu yaitu keluarga. Dan keluarga yang sehat akan tercipta lingkungan yang sehat pula, sehingga pada saat suatu komunitas hidup dalam lingkungan yang sehat maka akan tercipta suatu manusia yang sehat pula.
Dengan konsep tadi, kekhawatiran akan menurunnya kiprah dokter serta tergantikan dengan teknologi berita menjadi tidak perlu terjadi. Sisi humanisme dokter yg sudah dibangun sejak asal hulu akan menciptakan ikatan emosional yg lebih pada dan memperbesar peluang terpeliharanya kesehatan sebagai akibatnya bisa mencegah dampak penyakit yg lebih berat. Teknologi justru bisa menjadi pendukung untuk terciptanya komunikasi antara dokter dan keluarga yahg lebih baik, dan mendorong terwujudnya kesehatan langsung serta keluarga secara preventif. buat itu literasi terhadap teknologi isu sebagai suatu hal yg tidak terhindarkan. di akhirnya kemanusiaan dan teknologi isu dapat berdampingan menciptakan layanan kesehatan warga yang optimal.
Oleh karena itu mahasiswa kedokteran Indonesia wajib bangga kelak akan menjadi dokter Indonesia. Bila telah tertanam rasa bangga menjadi dokter Indonesia, maka akan tumbuh semangat buat mencintai Indonesia dan semangat menyiapkan diri agar siap menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Kedokteran Unissula Semarang Semakin Diminati di Era Industri 5.0, 28 Maret 2022, berita unisula, https://unissula.ac.id/kedokteran-unissula-semarang-semakin-diminati-di-era-industri-5-0/ diakses 25 Desember 2022
Susianto, 21 Juni 2019, Tantangan Kesehatan Keluarga di Era Dokter 5.0, https://news.unika.ac.id/2019/06/tantangan-kesehatan-keluarga-di-era-dokter-5-0/ diakses 25 Desember 2022
Tantangan Pendidikan Kedokteran Era Revolusi Industri 4.0, 18 agustus 2018, metro jambi https://metrojambi.com/read/2017/11/17/34561/tantangan-pendidikan-kedokteran-era-revolusi-industri-40 diakses 25 Desember 2022
Zidny, (2022), Spirit Bela Negara Mahasiswa Kedokteran Menghadapi Revolusi 5.0,https://www.upnveri.com/media/news-04760fbb-adce-4717-96b3-f088e8263066.pdf, diakses 25 Desember 2022
Melatik dosen klinik sebagai fasilitator klinik.
Roadshow Virtual di FK UNG oleh Ummat Tv dan Akademi Konten
Diikuti oleh seluruh dosen klinik FK UNG sebagai persiapan menuju tahap profesi dokter.
Lecturer: Dr. Shigeru Takaoka (Director of Kyoritsu, Neurology, and Rehabilitation Clinic, Japan) | Opening Speech: dr. Sri Asriyani, Sp.Rad(K), M.Med.Ed. (Dean Faculty of Medicine State University of Gorontalo)